Senin, 01 Juli 2013

karangan ilmiah

Jenis karangan ini bersifat informatif, pemberitahuan tentang sesuatu pengetahuan yang ditujukan bagi masyarakat umum dan bertujuan untuk menambah atau meningkatkan pemahaman masyarakat. Sehingga tidak harus dipenuhi teori-teori dan kaidah-kaidah ilmiah.

            Dalam menyajikan karangan ilmiah populer itu, penulis sebaiknya tidak memandang tinggi atau rendah tingkat pengetahuan pembacanya. Karena karangan ilmiah populer bersifat umum dengan menguraikan fakta-faktanya yang saling berkaitan sesuai dengan tema pokok atau gagasan inti yang hendak disampaikan dalam bahasa yang sederhana, ringkas, padat, dan jelas. Kata-kata teknis sebaiknya diganti dngan kata yang lebih umum, kecuali yang belum ada padanannya dengan diberi keterangan tentang arti kata/istilah tersebut. Boleh juga menggunakan gambar, tabel, diagram, foto, dan sebagainya.

            Cara penuturannya boleh bercerita (naratif) yaitu memakai kerangka waktu, melukiskan (deskriptif) yaitu memakai kerangka tempat, memaparkan (eksposisi) yaitu memakai kerangka susunan intrinsik atau unsur-unsurnya, dan membahas (argumentatif) yaitu memaparkan ditambah dengan penilaian kita agar dapat diterima atau disetujui oleh pembaca.

            Gerak penulisannya juga dapat dipilih oleh penulis, yakni gerakan ke dalam (deduksi) yang berangkat dari hal-hal umum menuju ke hal-hal khusus, gerakan ke luar (induksi) yang berangkat dari hal-hal khusus menuju ke hal-hal umum, atau gerakan menyilang (zig-zag) yaitu dengan membandingkan atau membedakan hal yang satu dengan hal lainnya.

            Menulis karangan ilmiah populer sesungguhnya intinya sederhana saja: menguasai ilmu pengetahuan dan menguasai bahasa! Maka usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk menjadi penulis karangan ilmiah popular yang bermutu juga sebenarnya sederhana saja.

            Pertama, adalah membaca dan membaca. Kita perlu membaca secara teratur dan terus-menerus tentang apa saja, terutama yang menjadi pusat minat kita. Hanya dengan membaca, kita akan memiliki berbagai ide atau gagasan atau buah pikir baru. Membaca ibarat makanan penuh nutrisi. Tidak membaca berarti kekurangan gizi. Seperti orang busung lapar, cuma perutnya saja yang bengkak sedangkan otaknya mengecil.

            Kedua, mempelajari berbagai teknik menulis sekaligus mempertinggi kemampuan berbahasa yang memadai melalui penguasaan kosakata yang luas. Sehingga kegiatan menulis dapat dilakukan secara benar, terarah, dan tanpa keraguan. Ini tentu masih berkaitan dengan kegiatan membaca, yakni membaca buku-buku teoretik mengenai teknik menulis, membaca karangan orang lain dan mempelajari kekuatan tekniknya. Tentu saja ketika kita menulis seluruh hal itu tidak lagi kita ingat-ingat, tapi telah menjadi “pengetahuan yang kita miliki”. Ibarat naik sepeda motor: starter dan meluncur begitu saja.


            Ketiga, membina diri terus-menerus untuk berpikir kreatif. Ini artinya selalu berupaya mengolah ide-ide baru yang orisinal, tidak membuntut, menjiplak, atau bahkan mencuri. Dasarnya adalah sikap keterbukaan, mau melakukan observasi atau pengamatan, menyerap pengetahuan dan pengalaman orang lain, serta tentu saja membaca (wuah, lagi-lagi membaca!) referensi seperti kamus, buku, kliping, dan sebagainya. Dengan begitu, kreatifitas kita akan senantiasa mekar. Tidak layu, kering, kemudian mati.

            Keempat, mendisiplinkan diri untuk membagi waktu secara teratur (berlatih) menulis karangan-karangan baru, merevisi atau memperbaiki karangan yang dirasa belum sempurna. Juga menulis ulang satu sampai beberapa kali gagasan yang sama secara berbeda. Pembagian waktu tersebut tidak perlu dijadwal ketat setiap hari. Tapi kita tahu betul kapan waktu yang luang, enak, dan leluasa untuk menulis karangan di antara kegiatan lain. Dalam hal ini, menulis diary (catatan harian) juga sangat bermanfaat sebagai proses berlatih menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar